Kalau lagi mengunjungi resto, kita sering banget kan lihat menu-menu yang dilengkapi dengan foto-foto yang tanpak menggiurkan. Atau kalau kita follow beberapa akun instagram yang isinya berbagai tempat makan yang sedang hits, foto-foto makanannya juga biasanya tampak sangat menggoda. Makanya kita sering banget kepoin akun-akun mereka untuk tahu tempat makan yang sedang hits dan menu yang oke di tempat tersebut. Betul apa betul? Dan biasanya kita juga sering ngikutin mereka, kalau lagi makan di suatu tempat, biasanya kita foto-foto dulu sampai puas, upload di medsos baru deh dimakan 😂 tapi kok like dan komennya ga sebanyak para food blogger itu ya? Ternyata kuncinya ada di foto yang menarik.
Itu sebabnya saya antusias sekali waktu mendapat kabar kalau teh Ika Rahma dari Dapur Hangus dan teh Dydie dari The Kitchen Hero bakalan buka kelas Food Fotografi. Pesertanya banyak ibu rumah tangga yang berwirausaha dengan menjual makanan via medsos, keren ya. Saya kok ga kepikiran buat berwirausaha seperti itu 😄 maklum ya, saya mah tukang makan bukan tukang dagang hahahaa.
Acara dibuka dengan memperkenalkan beberapa narasumber yang akan mengisi acara, selain teh Ika dan teh Dydie ada juga teh Desy dari 5758 Coffe Lab dan juga teh Amelia dari Denu Coklat.
Foto diatas adalah foto teh Ika dengan objek Denu Coklat, keren ya hasilnya. Coklatnya terlihat seperti coklat impor dengan harga ratusan ribu yang terlihat sangat enak. Teh Amel sendiri mengakui kalau penjualan Denu Coklat meningkat setelah menggunakan foto dari teh Ika sebagai media promosi di medsos, see? Selama ini saya pikir kalau fotografi itu hanya mengenai skill dan properti, tapi ternyata ada banyak lagi faktor lainnya, disesuaikan dengan objek yang akan d foto.
3 jurus tepat menguasai food fotografi ala teh Ika adalah:
1. Lighting
Menurut teh Ika, foto makanan sebaiknya lightingnya dari samping dan dari belakang karena pencahayaannya akan terlihat lebih merata. Kalau dari depan akan menghilangkan tekstur makanan, kalau hanya bisa memilih salah satu, kalian akan memilih yang mana? Back light atau side light? Kalau saya pribadi memilih back light karena bisa menunjukkan bentuk makanan lebih baik dari pada side light, tapi ternyata menurut teh Ika, side light justru bagus untuk menunjukkan tekstur si makanan itu sendiri. jadi yang mana donk yang bagus? Jawabannya tergantung kebutuhan.
Namun yang pasti, jangan menggunakan cahaya dari depan, dan cahaya dari manapun, kita harus mengikuti bayangan. Kalau cahaya memantul, gunakan bantuan reflektor untuk memantulkan cahaya kembali ke objek.
2. Understanding food.
Maksudnya adalah kita harus mengerti kapan sih waktu terbaik untuk memotret makanan, karena tiap makanan memiliki best time nya masing-masing. Misalnya, kastengel, paling oke di foto satu hari setelah matang karena akan terlihat crispy. Brownies, ketika sudah dingin karena saat itulah bentuk yang paling sempurna. Nastar, warnanya sangat cantik kalau di foto satu jam setelah matang. Selain itu kita juga harus tahu bagian makan yang mana yang terlihat bagus di foto.
Gila ya sampe sedetil itu, saya ga pernah menyangka kalau foto makanan kayak lagi pacaran sama anak orang, harus kenal siapa bapak ibunya, lahir dimana, dll hahahhaa 😂.
3. Pick the right props.
Dengan pemilihan properti foto yang tepat, pesan kita akan lebih mudah tersampaikan. Misalnya nih, goni, goni bisa digunakan untuk jenis foto rustic. Goni bisa menambah tekstur pada objek yang plain, namun tidak semua makanan bisa menggunakan properti goni. Karena ada juga yang namanya etika memotret, jadi harus disesuaikan juga dengan objek fotonya.
Selain itu komposisi foto juga menentukan keberhasilan pesan kita tersampaikan, salah menaruh bintang utama di dalam foto bisa jadi pesan yang disampaikan meleset. Yang jelas objek foto tidak boleh ada di bagian paling belakang foto, biasanya sih yang banyak di gunakan oleh orang-orang adalah triangle, karena triangle berguna untuk mengunci pandangan kita ke objek yang dimaksud.
Setelah sesi sharing dengan teh Ika, acara dilanjutkan dengan sharing dari teh Desy dari 5758 Coffe Lab atau yang bisa juga disebut Maju Mapan Coffe Lab. 5758 Coffee Lab terletak di Komplek Pondok Hijau Geger Kalong Bandung yang merupakan tempat belajar membuat kopi, ternyata mereka sudah berdiri sejak Mei 2016 dan sampai sekarang sudah menghasilkan 1230 siswa. Kopi sekarang sudah menjadi gaya hidup, banyak sekali jenis kopi yang ada juga tehnik penyeduhan yang berbeda untuk menghasilkan kopi yang nikmat.
Nah disana kita akan belajar semua tentang kopi, 5758 Coffe Lab memiliki 30 kelas yang bisa diikuti sesuai minat kita, misalnya nih kelas seduh manual, uji cita rasa, espresso 101, barista course, coffee 101, dll yang dibagi menjadi 2 macam tingkatan, dasar dan intermediate. Saya dan suami kebetulan adalah pecinta kopi, kayaknya kapan-kapan harus ikutan salah satu kelasnya nih.
Sesi selanjutnya adalah sesi sharing dari teh Amelia yang merupakan owner Denu Coklat yang memotivasi banyak wanita untuk berwirausaha. Menurut teh Amel, sejak kuliah teh Amel sudah memutuskan untuk berdagang, padahal teh Amel kuliah di ITB loh, yang biayanya jjuga tidak murah. Otomatis kedua orang tua teh Amel yang juga merupakan karyawan kantoran berharap teh Amel bekerja di kantor seperti mereka. Namun sayangnya panggilan jiwa teh Amel lebih ke berdagang, mulai dari jualan parfum, coklat, dll dijalani oleh teh Amel hingga akhirnya teh Amel berkomitmen menjual coklat yang di branding dengan singkatan nama, Denu Coklat.
Denu Coklat sendiri berdiri akhir tahun 2013 dengan satu orang karyawan, dan kini Denu Coklat sudah memiliki 13 karyawan dan puluhan reseller di berbagai kota. Beberapa resellernya ada yang sudah umroh, beberapa lainnya malah resign dari pekerjaannya di kantor karena hasil berjualan Denu Coklat jauh lebih besar dari gajinya di kantor, luar biasa ya.
Tips dari teh Amel kalau ingin berwirausaha adalah, tentukan dulu, ini hanya sampingan atau mau dijadikan mata pencaharian? Kalau mau di jadikan mata pencaharian, sejak awal harus memiliki konsep jauh ke depan, mulai dari pemilihan nama brand, konsep makanan yang akan dijual, riset rasa yang disukai publik, hingga perijinan. Jangan sampai saat usaha kita sudah besar, kita tersandung hukum dan baru repot mengurus perijinan yang diperlukan.
Selesai acara sharing bersama 3 narasumber, kita di persilahkan untuk makan siang di Street Grill and Friends yang terletak di samping lobby Hotel Grand Tjokro.
Semua foto yang saya ambil disini menggunakan handphone Samsung Galaxy S7 Edge ya, kalau sepanjang acara semua orang sibuk jeprat epret pakai kamera, mulai dari DSLR, mirrorless dll, saya mah pake HP ajah cekrek sana sini *minder 😅
Menu pertama adalah Udang goreng Mayonaise, 85K
Didalam mangkok yang terbuat dari kulit lumpia renyah itu ada 6 potong udang jumbo yang gendut-gendut yang enak banget, mayonaisenya ditaburi bawang putih goreng yang bikin aroma bawangnya menguar ketika udangnya di gigit.
Sop Buntut 98K, sop buntut ini dilengkapi dengan kerupuk dan emping sebagai pendamping. Daging sapinya cukup banyak dan sangat empuk, walaupun ga pakai perasan jeruk pun tidak berbau lemak seperti sop buntut pada umumnya.
Ayam Taliwang 80K, ayamnya terdiri dari 2 potong dan sangat empuk, tapi buat saya yang tidak menyukai makanan pedas, agak terlalu pedas. Ayam yang sudah cukup pedas (menurut saya) itu masih dilengkapi dengan 2 macam sambal, jadi buat yang suka pedas dijamin bakal ketagihan makan ayam taliwang ini.
Nasi Bakar 68K, nasi khas tatar Sunda ini ada
Ahmenubaru dari Street Grill and Friends, didalam nasi bakar ini ada potongan cabe, ikan teri, jamur, dan potongan ayam kecil-kecil. Diatasnya ditaburi bawang goreng renyah untuk menambah sedap aroma nasi bakar.
Virgin Mojito Crushed 32K, fresh mint, homemade syrup, perasan jeruk nipis dan lemon bikin seger tenggorokan di cuaca yang cukup terik.
Fresh Strawberry Juice, 27K.
Thai Iced Tea, 27K.
Grass Comb 32K, perpaduan teh, madu, perasan lemon dan potongan serai bikin tenggorokan terasa adem.
Selama bulan maret, Street Grill and Resto mengadakan promo makan berdua hanya 228K. Menunya tercantum di banner di atas, salah satunya adalah sop buntut yang saya sebutkan di atas. Jadi jangan lupa mampir ya 😉
Setelah makan siang kami diajak untuk mempraktekkan ilmu yang sudah kami pelajari dari teh Ika tadi, hasilnya adalah foto-foto dibawah ini.
Komen ya apa yang perlu diperbaiki dari foto-foto aku ini. Ternyata foto produk, foto makanan dan foto orang itu beda-beda ya feelnya, aku mesti belajar lebih banyak lagi 😖 semoga kapan-kapan ada rejeki buat belajar fotografi lebih serius lagi, karena menurut teh Ika, minimal 1000 jam melakukan hal yang sama baru bisa di sebut mahir.
Buat kalian yang berdomisili di Yogya dan sekitarnya, akan ada episode ketiga di Yogyakarta yang akan
diselenggarakan di Grand Tjokro Style Yogyakarta pada hari Minggu, 8
April 2018 jadi pastikan kalian ikut ya, kalau nggak bakal rugi banget.
Samsung mah kameranya udah canggih atuh. Hasilya kece-kece gini, gak kalah sama yg motret pake kamera.
ReplyDeleteAduh jadi ga enak hahahaa, kalah atuh sama hasil foto teteh mah 🤣
DeleteCiciii malam malam baca ini jadi laperrr. Baru tau kalau ada waktu terbaik buat foto makanan, makasih tipsnya :) oiya aku pribadi lebih seneng kalau foto makanan dari angle atas, kayanua pengen langsung dimakan yum!
ReplyDeleteaku juga baru tahu pas ikutan workshop ini hahahaa kukira asal jepret ternyata ada trik2nya :)
DeleteIni cakep2 banget fotonya. Jadi mupeng pengen makan....
ReplyDeletewaaah, masih jauh dari cakep mbak, maish harus 1000 jam berlatih hahahaa
DeleteAkupun masih belajarrr, tapi bagiku udah keren sih kak.
ReplyDeleteDan baru tau ternyata lebih ribet ya, untuk waktu terbaik ngefoto makanan. Emang harus paham makanan juga ternyata
iya, aku juga baru tahu, kupikir asal foto ajah cukup. Ini masih belajar LImaz, tapi thank you loh buat compliments nya :)
DeletePantesan fotoku kalau makanan tak pernah menarik, soalnya gak memperhatikan poin-poin di atas. Makasih ci...sharingnya, nanti aku contek ah kalau mau foto makanan hihi
ReplyDeleteAku juga masih belajar Rein, yuk ah sama-sama belajar ☺️
DeleteFotonya cakep cakepp ciii. Ohiya ngomong2 soal Goni, kayaknya selain alas bulu si goni ini juga banyak penggemarnya yak 😄
ReplyDeleteWah master fotografi muncul, aku jadi malu 🤣 aku pernah pengen punya goni tapiiiiii bingung mau fotonya gimana 🤣
DeleteIshhh baca ini lgs sadar , ilmuku motret mah ga ada apa2nya wkwkwkwkwk.. Selama ini beneran cuma asal doang.. Ternyata perlu tau kapan baiknya makanan difoto, cahaya apa yg bagus :D. Berguna banget sih mba ilmu yg didapat
ReplyDeleteSamaaaaa, makanya mau ikutan juga, karena ga ada ilmu sama seklai, asal jepret doank selama ini
Delete